Sahabat Edukasi yang berbahagia…
Berbicara kualitas tentu tak dapat terlepas dari yang namanya fasilitas. Begitu juga dengan dunia pendidikan yang dalam proses pembelajaran hingga manajemen pendidikan di sekolah-sekolah pasti menggunakan fasilitas teknologi yang juga membutuhkan listrik untuk mengoperasikan seluruh sarana tersebut, mulai dari laptop, komputer PC, proyektor, peralatan di laboratorium, dan lain-lain sebagainya.
Meskipun sebenarnya dapat menggunakan aliran listrik dari diesel / genset akan tetapi sangat rawan terjadi kerusakan pada alat-alat tersebut, di samping itu juga akan semakin menambah beban pembiayaan dikarenakan diperlukan pembelian bahan bakar untuk mesin pembangkit listrik itu sendiri.
Ilustrasi : Uji Kompetensi Siswa di SMK S Cendekia Sungai Karang Kabupaten Tebo yang menggunakan sumber pembangkit listrik dari mesin diesel / genset ( Dokumentasi : Dadang JSN) |
Dan alhamdulillaah… Terkait mengatasi permasalahan tersebut pemerintah dalam hal ini Kemendikbud telah berupaya dalam mengatasi permasalahan ini. Berdasarkan informasi yang admin rilis dari situs Kemdikbud RI bahwasannya masalah listrik ini akan diatasi Kemendikbud bersama Kementerian ESDM sehingga nantinya seluruh sekolah di Indonesia dapat memiliki jaringan listrik, berikut informasi selengkapnya…
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, beserta jajarannya mengunjungi Kementerian Energi, Sumber Daya, dan Mineral (Kementerian ESDM) guna membahas salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran yaitu tersedianya listrik di sekolah-sekolah seluruh Indonesia.
Mendikbud beserta jajarannya disambut baik oleh Menteri ESDM, Sudirman Said, beserta jajarannya di kantor Kementerian ESDM. Kedua belah pihak menyepakati bahwa ketersediaan listrik di sekolah-sekolah seluruh Indonesia merupakan masalah bersama yang harus diselesaikan dengan kerja bersama antara kedua kementerian dan pihak-pihak terkait lainnya serta masyarakat itu sendiri.
Mendikbud mengatakan, dari pertemuan ini kedua belah pihak menyepakati untuk membentuk gugus tugas. Gugus tugas ini, kata dia, secara bersama akan melakukan pengumpulan data, verifikasi, dan melakukan tindakan-tindakan penyelesaian masalah sesuai dengan tantangan dan kebutuhan di daerahnya masing-masing.
"Ini sebuah langkah untuk menyelesaikan masalah listrik di sekolah-sekolah kita," katanya pada saat memberikan keterangan pers mengenai Ketersediaan Listrik Bagi Sekolah-sekolah di Indonesia, di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (20/3/2015).
Mendikbud mengungkapkan, salah satu tujuan mengunjungi Kementerian ESDM adalah dalam rangka memastikan anak-anak Indonesia bisa belajar dengan baik. Saat ini, kata dia, ada 8,4% atau setara 17.520 sekolah dari total sekitar 280 ribu sekolah di seluruh penjuru Indonesia yang belum teraliri listrik. Mayoritas sekolah belum teraliri listrik tersebut adalah SD dan SMP sejumlah 14.992 sekolah, sedangkan untuk SMA dan SMK sebanyak 2.528 sekolah yang belum teraliri listrik.
Mendikbud menyampaikan, kegiatan belajar mengajar hari ini membutuhkan dukungan teknologi. Minimal, kata dia, di malam hari untuk bisa belajar dibutuhkan teknologi penerangan, jadi listrik merupakan kebutuhan yang sangat mendasar. "Di Indonesia hari ini kita mereview data tentang listrik dan menemukan banyak sekali sekolah yang masih belum teraliri listrik," ujarnya.
Mendikbud menjelaskan, bagi masyarakat urban atau metropolitan, kehadiran teknologi dalam pendidikan sering dirasa sebagai kemewahan. Bagi masyarakat yang berada di daerah tertinggal, kata dia, teknologi adalah sebuah keharusan. "Karena dengan teknologi itulah mereka bisa menjangkau saudara-saudara lain yang jauh lebih maju," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Sudirman berpendapat, pendidikan adalah pintu dari kemajuan, namun apabila sekolah-sekolah belum mendapatkan pasokan listrik dirasa kurang pas. Ini, kata dia, menjadi tugas kita bersama untuk melakukan verifikasi dan secara terencana melakukan tindakan di lapangan agar terjadi percepatan pasokan listrik di sekolah-sekolah.
"Terutama di daerah terpencil, daerah-daerah yang jauh itu, kita akan gunakan titik-titik, tempat-tempat penyelenggaraan pendidikan sebagai hub (jaringan, red) untuk menumbuhkan listrik dengan basis energi baru," ucapnya. (Agi Bahari)
0 comments:
Post a Comment
Demi Kemajuan Ilmu Pengetahuan tentang Sekolah Standar Nasional silahkan tinggalkan Komentar yang sifatnya membangun. Terima Kasih atas kunjungannya...